Monday 23 March 2009

Polisi Kelas Jalanan

Ketika itu sedang saya tunggu kedatangan seseorang yang ingin menumpang untuk berkendara motor dengan saya, di Cawang Interchange. Sekian menit selepas jam 5 sore. Suasana cukup hiruk pikuk, berlalu lalang sekian puluhan-ratusan masyarakat kelas pekerja: menuju rumah atau mungkin malah meninggalkan rumah, bergegasnya orang-orang penjaja jualan mendirikan tenda atau menata-rapi jualannya. Semua itu, berpusat, berpusar, di Cawang Interchange. Sekian menit dari saya berdiri di salah satu center point, setitik dengan pos polisi lalu lintas temporer.

Saya hanya memandang dalam sapuan arah jam 9 sampai dengan arah jam 3, berusaha menemukan wajah sesorang yang ingin menumpang motor saya. Cukup berselang, tidak saya temukan serautpun. Suasana masih cukup hiruk, cukup pikuk.

“Ganggu gak mobilnya…” Ada yang berteriak lantang. Lantang? Ah tidak, itu teriakan keras bernada tidak bersahabat. Saya memutar pandangan dan menuju tepat di beakang saya. Seorang polisi bertubuh tinggi dan tidak berkulit putih. “Hei, ganggu gak mobilnya… Kalo ganggu, kamu pindah lapak aja!“. Dahi saya mengernyit, tidak sengaja, mengernyit. Kali ini pandangan saya terbuang ke arah angin yang keluar dari mulut polisi itu, seorang bapak-bapak dibantu anak muda sedang mendirikan tenda warung, warna biru, tepat di sisi kiri pos polisi lalu lintas. Mereka tidak menjawab, tidak mengeluarkan ekspresi yang melawan, hanya tersenyum, cukup kecut tapi tampak tidak berbahaya, hanya berasa asam.

Saya tidak berbuat apa-apa, tidak melakukan seuatu, kecuali kembali memandang ke sapuan tatapan yang semula, mencari seraut wajah yang saya tunggu kedatangannya. Sesekali terpikir sebuah frasa: Polisi Kelas Jalanan. Di Cawang Interchange, Jakarta, sekian menit selepas jam 5 sore.

No comments:

Post a Comment

Internet Sehat